Saya hanya
ingin berbagi cerita seputar mudik sekaligus liburan di kampung halaman
almarhum ayah saya tepatnya di Padang Sidimpuan, Medan Sumatera Utara. Well
saya dan keluarga pergi pada tahun 2014 lalu sebelumnya kami memang jarang
mudik kesana dikarenakan biaya perjalanannya yang cukup menguras kantong
ditambah semenjak kepergian seorang kepala keluarga maka kami semakin jarang
untuk berkunjung.
Mungkin tahun 2005 adalah tahun terakhir kami mudik ke
sana, yaa sekitar sepuluh tahun yang lalu dan tahun sebelumnya 2004 lah tepat
ayah saya pergi untuk selama-lamanya tahun yang sama dengan tragedi Tsunami di
Aceh. Lebih tepatnya lagi saat saya masih duduk dibangku kelas dua Sekolah
Dasar. Hmmm sudah lama sekali bukan?!
Mungkin ada
beberapa yang bertanya “mengapa baru nulis cerita mudik ini sekarang?”
Oke, karena
mudiknya tahun 2014 dan saya juga belum punya blog bahkan tidak ada niatan untuk sharing pada waktu itu. dan tepat saya baru lulus dari Madrasah Aliyah Negeri Cikarang
atau setara dengan SMA dan pada saat itu juga merupakan masa-masa saya menunggu
hasil ujian mandiri Perguruan Tinggi Negeri di Bandung yang mana merupakan
satu-satunya kesempatan terakhir saya untuk masuk ke Universitas Negeri.
Sedikit
flashback, di tahun yang sama sebelum mudik ke Sumatera saya ikut serta dalam tour dari sekolah
dimana ibu saya mengajar sekaligus adik saya sebagai siswa kelas tiga yang sekolah disana. Tournya ke
Yogyakarta, dan saat ingin kembali dari
tour atau pulang ke Cikarang a.k.a Bekasi saya melihat pengumuman SNMPTN
melalui online dan miris saya tidak lolos di dua Universitas Negeri yang saya
inginkan yaitu di Universitas Negeri Jakarta dengan mengambil jurusan
Pendidikan Bahasa Inggris dan Universitas Islam Negeri Jakarta dengan mengambil
jurusan Bahasa Indonesia Sastra kalau gak salah sih UIN Jakarta memang ada
jurusan itu atau terbalik? Ahh lupa pokoknya begitu deh ehehe
Dan kembali ke
perjalanan saya ke Sumatera, saat itu kami memilih perjalanan lewat darat yang
menyebrangi laut. Sebenarnya sudah dibelikan tiket pesawat untuk penerbangan domestik tapi
karena saat itu ada kelalaian maka kami batal perjalanan udara akhirnya kami
lewat darat menggunakan bus hihihi
Dan saya senang banget banget
banget... sudah lama juga saya tidak merasakan perjalanan ini huuuhu. Saya
tidak banyak memotret disana karena terlalu asik memandang lautan yang sungguh
luas seluas mata memandang. Hmm rasanya serem juga sih, mau lewat darat ataupun
udara pasti ada deh rasa-rasa takut mah.
Perjalanan menyebrangi selat sunda
menuju pelabuhan Baka Uni *bener gak sih (?) ya intinya itulah ehehe
Gambar diambil saat di tengah laut
Untuk dua foto diatas saya ambil
dari salah satu Emergency Door gitu di kapal bagian bawah tepat dimana bus yang
kami tumpangi berparkir. Karena saya mengeluarkan kaki dan memotretnya begitu
saja sempat kena omel sama bapak-bapak disana tapi ya itulah saya agak bandel
dikit ahaha.
Oh yeahhhh ini
salah satu foto di bus.
Pagi segarrr!!
karena hari terakhir perjalanan so harus rapih dan fresh biar ketemu sanak
saudaranya juga gak malu-maluin ehehe.
Oh iya saya
akan sedikit share perjalanan tiga hari dua malam tanpa gambar, jadi perjalanan
kami saat itu tepat masih bulan ramadhan ya sekitar seminggu terakhir puasa lah
karenanya bus yang saya tumpangi akan berhenti diwaktu shalat atau sahur
ataupun buka puasa tapi itu kembali lagi tergantung drivernya, karena setiap
driver itu berbeda-beda ada yang memberi kesempatan untuk shalat adapula yang
tidak, bahkan perjalan saya saat itu juga pernah tidak diberi kesempatan untuk
sahur.
Tempat makan
disana?
Mahal!!! Asli
super mahal banget, mungkin karena menjelang lebaran kali ya dan banyak orang
yang mudik juga maka kemungkinan besar harga makan dan apapun yang berjualan
dipinggir jalan pasti akan naik dua atau bahkan tiga kali lipat. Jadi mau
semahal apapun orang yang mau makan pasti akan makan gak peduli biayanya yang
penting perut diisi itu jauh lebih baik ketimbang uang.. jadi pedagang
disanapun bakalan berani menaikan harga makan.
Yang saya suka
saat makan disalah satu rumah makan Minang daerah Jambi, kalau biasanya rumah makan Padang daerah saya
pasti sistemnya kita memilih lauk pauk apa yang ingin kita makan dan baru kita
duduk di meja pilihan. tapi disana beda, jadi kita tinggal duduk di meja
manapun dan pelayan disana pasti akan memberikan banyak menu yang dibawa dalam
wadah kecil dan ditaruh di atas meja, yaaa meja super penuh sama menu makanan
jadi kita bebas mau pilih atau makan yang mana dan yang kita makan itulah yang
kita bayar. Sisanya yang gak kita makan
dianggap tidak termasuk dalam pembayaran. Simple deh tapi kasihan juga pihak
rumah makannya, kenapa? Kotor-kotorin piring ahaha tapi pokoknya simple buat
pengunjungnya^^ terimakasih atas pelayanannya ehehe
Next!
Untuk fasilitas
umum seperti toilet tetap bayar, biasanya dua ribuan lah itu masih normal untuk
ukuran mandi dan segala macamnya ahaha dari pada hanya sekedar buang air kecil
terus kita hanya memerlukan air beberapa gayung dan kita bayar dua ribu? Tapiii
gak mungkin juga kan bayar toilet seribu ahaha yaudahlah ya
Saya sendiri
termasuk jarang mandi -_- saya mandi hanya dua kali selama perjalanan dan
terakhir ketika hari ketiga di bus baru mandi lagi ahaha
Kenapa?
Terkadang kalau tidak beruntung driver akan berhenti di tempat-tempat tak
terduga, kadang di rest area dengan toilet yang nyaman dan kadang tidak nyaman.
Ya suka dukanya gitu deh ehehe
Sesampainya di
rumah Opung alias nenek dari almarhum ayah saya yang mana Opung adalah nenek
satu-satunya yang saya miliki sampai detik ini, *jadi kangen Opung huhu.
Pokoknya sampai disana kami disambut baik *lah iyalah ya
Di rumah itu
Opung gak tinggal sendirian, Opung tinggal bersama anak bontotnya yang biasa
saya panggil Uda Ali seorang guru agama di Sekolah dan guru ngaji di rumah eaaa
dengan istrinya yaitu Nang Uda yang juga seorang guru Matematika dan kedua
anaknya yang masih kecil-kecil ada Miftah dan Lydia. 10 tahun gak ke Medan maka
saya baru bertemu dengan orang-orang baru yang bahkan sudah cukup lama menjadi bagian dari keluarga. Bahkan di Usianya Miftah yang saat itu sekitar 5-6 tahun pun saya baru bertemu
untuk yang pertama kalinya dengan mereka hmmm cukup miris bukan?
Hari itu saya
tidak mendapati Opung saya disana, Uda Ali bilang Opung lagi mandi di sungai,
what? Sendirian? Iyaaa lohh...
Tak harus
menunggu lama, Opung pun datang dengan membawa ember hitam dan hanya memakai
kain yang menutupi tubuh tuanya itu. Bukan 10 tahun saya tidak bertemu tapi
sekitar 8/9 tahun karena waktu adik saya khitanan Opung datang ke rumah. Usianya semakin menua tubuhnya pun semakin membungkuk, wajahnya semakin
dipenuhi keriput karena dimakan usia. Huuu saya pun menangis dan beranjak dari
kursi dan memeluknya sebagai salam pertemuan begitu juga diikuti adik saya kemudian meminta Opung untuk duduk juga dan mengobrol, Nang Uda membawakan baju bersih
untuk Opung saya pun ikut membantunya memakaikan bajunya... huhuhu jadi
sedihhhhh...
Tak lama
kemudian bangun lah kedua makhluk kecil si Miftah dan Lydia dari tidur
siangnya...
Mereka belum
kenal saya, jelaslahhh kita baru ketemu awalnya mereka masih malu-malu tapi
tidak harus menunggu 2 jam kita jadi akrab deh ahaha
Main-main,
foto-foto, becanda, dan ketawa-ketawa ya itulah yang kita lakukan^^
Aduh sebenarnya
banyak foto-foto yang hilang, udah dicari tapi entah lupa folder penyimpanannya
atau memang sudah ke hapus.. huhu
Keesokanharinya...
Hari pertama di
rumah Opung
Foto ini diambil tanpa sepengetahuan
saya yang biasanya bawa-bawa kamera digital. Mereka selfie tanpa izin -_-
yap yang depan itu lah adik saya si Faisyal atau
dipanggil Faisal/ Sarumpaet/ Paet atau Isal aja cukup lagi foto pagi dengan si
Miftah anak pertamanya Uda Ali atau abangnya si Lydia ahaha.
Oiya disini rumahnya masih banyak yang masih panggung
gitu, rumah panngung lah istilahnya. Tapi rumah Opung sudah tidak panggung lagi
cukup lah untuk suasana pedesaan yang jarang banget saya temui. Foto diatas
saya rasa seperti suasana rumah desa di Thailand gitu huahaha *korbanfilm
Ini foto hari ke dua di Sidimpuan, jalanannya
lengang banget kan?
Kebetulan saat itu saya diajak
jalan-jalan atau main ke sekolah dimana Uda Ali mengajar di Yayasan Penyantun
Yatim gitu.
Beginilah pemandangan perjalanan
menuju Yayasannya...
Sudah
sampai...
Ada
anak-anak yang lagi pada bakar sampah nih ehehe rajinnya^^
Itulah beberapa foto yang sempat
saya ambil, sebelumnya memang karena pada saat itu saya belum memiliki blog
jadi tidak ada niat buat sharing tulisan artikel blog pribadi maka dari itu
baru bisa di tulis sekarang.
inilah foto Miftah dan Lydia, baru pada selesai mandi. foto dimbil setelah main ke daerah mana gitu ya main ke rumah menantunya uwa *lupadaerahnya dan mereka ikut tanpa orangtua ya well seharian saya menjadi tanggung jawab buat mereka sampai mandiin mereka berdua sekaligus. dan mainan yang mereka pegan itupun saya belikan berkat mereka yang berhasil ngambek dan merayu saya untuk membelikannya ahaha
wajah super bulat saya tahun 2014 -_-
foto ini diambil saat main ke rumah Nang Uda, rumah mamahnya Miftah dan Lydia... dan di sana saya diajak main ke kebun di halaman belakang rumahnya. yappp kebun salak euuyyy ahaha
oiya, salah satu kendaraan yang unik di sana adalah ini.
disana biasa disebut semacam becak gitu yaitu motor dengan box uniknya (?) ahaha
kalau di Medan orang akan menyebut motor adalah kereta. jadi kalau ada yang teriak "awas ada kereta!" jangan heran karena gak ada relnya ahaha
oke sampai disini dulu sharingnya ehehe^^
terimakasih sudah membaca~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar